Rabu, 22 Februari 2012

Faktor yang Mempengaruhi Proses Eliminasi Urin

Proses eliminasi biasanya diremehkan oleh kebanyakan orang. Ketika masalah mulai muncul, barulah kewaspadaan terbentuk. Kebiasaan eliminasi seseorang tergantung pada budaya sosial, kebiasaan pribadi, dan kemampuan fisik. Beberapa faktor mempengaruhi jumlah dan karakteristikdari urin yang diproduksi dan bagaimana itu dikeluarkan.


A.    Tingkat Pertumbuhan dan Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan dapat memengaruhi pola berkemih. Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil.
Infant
      Pengeluaran cairan bervariasi tergantung pada intake cairan, tetapi biasanya mencapai 250 mL sampai 500 mL per hari pada tahun pertama bayi. Infant dapat melakukan eliminasi urin sampai 20 kali dalam satu hari. Urin ini biasanya tak berwarna dan tak berbau. Karena infant atau bayi memiliki ginjal yang belum matang, mereka tidak bisa mengatur proses pembuangan urin secara efektif layaknya orang dewasa. Bayi lahir tanpa control eliminasi, kebanyakan akan berkembang pada usia 2 sampai 5 tahun.
Pra-sekolah
      Anak pra-sekolah sudah dapat pergi ke toilet secara mandiri. Orang tua harus sadar bahwa terkadang kecelakaan “ngompol” dapat terjadi, dan tidak seharusnya menghukum anak mereka karenanya. Anak-anak sering lupa untuk mencuci tangan dam menyiram sisa pembuangan mereka dan membutuhkan instruksi untuk itu. Anak perempuan butuh diajarkan untuk menyeka dari depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi feses.
Usia sekolah
      Sistem eliminasi seseorang berubah matang pada tahap perkembangan ini. Ukuran ginjal membesar dua kali lipat antara umur 5 sampai 10 tahun. Dalam periode ini, anak pipis enam sampai delapan kali sehari. Enuresis, yaitu keadaan di mana air seni keluar dengan sendirinya ketika sebenarnya dapar diatur pengeluarannya, terkadang menjadi masalah untuk beberapa anak usia sekolah. Sekitar 10% dari anak umur 6 tahun memiliki kesulitan dalam mengatur pengeluaran air seninya. Nocturnal enuresis, atau ngompol seharusnya tidak perlu digolongkan sebuah masalah sebelum si anak melewati umur 6 tahun. Biasanya, insiden ini dilambangkan dengan sudah besarnya si anak ketika anak sudah tidak mengompol  lagi.
Lanjut Usia
      Fungsi pengeluaran ginjal berkurang sejalannya usia, tetapi biasanya tidak jauh di bawah tingkat normal kecuali ada penyakit lain yang diidap. Seiring berjalannya umur, jumlah nefron yang berfungsi berkurang, mempengaruhi kemampuan ginjal dalam menyaring. Hal ini menyebabkan orang tua memiliki resiko tinggi keracunan dari pengobatan. Perubahan lain yang lebih dapat dilihat berdasarkan umur adalah apa-apa yang berhubungan dengan kandung kemih. Keluhan pada frekuensi dan urgensu kencing adalah hal biasa. Hal ini menyebabkan  orang tua butuh untuk bangun pada malam haru untuk mencegal ngompol.  

B.     Psikososial
Bagi kebanyakan orang, beberapa kondisi membantu merangsang refleks berkemih, antara lain privasi, posisi normal, waktu yang cukup, dan terkadang air mengalir. Keadaan yang tidak biasa pada klien dapat menimbulkan tonus otot. Akhirnya, seseorang tidak dapat mengendurkan otot abdomen dan perineal sehinggaa kencing pun terhambat. Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.

C.    Intake Cairan dan Makanan
Tubuh yang sehat menjaga keseimbangan antara jumlah cairan yang dicerna dan jumlah cairan yang dieliminasi. Ketika jumlah cairan yang masuk meningkat, tentunya, pengeluarannya pun akan meningkat. Beberapa cairan, seperti alcohol, meningkatkan pengeluaran cairan dengan menghambat produksi ADH. Cairan yang mengandung kafein juga meningkatkan produksi urin. Beberapa makanan dan cairan dapat merubah warna urin. Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi output urine (jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain itu, juga dapat meningkatkan pembentukan urine.

D.    Pengobatan
Banyak pengobatan, terutama yang mempengaruhi sistem saraf otonom, mengganggu proses normal eliminasi. Beberapa pengobatan dapat mengubah warna urin. Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan atau penurunan proses perkemihan. Misalnya pemberian diuretik dapat meningkatkan jumlah urine, sedangkan pemberian obat antikolinergik dan antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.

E.     Tonus Otot
Tonus otot yang baik sangat penting untuk mempertahankan peregangan dan kontrasilitas otot, jadi kendung kemih dapat mengisi dengan adekuat dan benar-benar mengosongkan isinya. Klien yang membutuhkan dan menggunakan kateter dalam waktu yang lama dapat memiliki tonus otot kandung kemih yang buruk karena drainase terus menerus dan mencegah kandung kemih terisi dan kosong secara normal. Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah otot kandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi pengontrolan pengeluaran urine. Tonus otot pelvis juga berkontribusi dalam kemampuan untuk membuang dan menyimpan urin.
 
F.     Kondisi Patologis
Beberapa penyakit dan patologis dapat mempengaruhi formasi pengeluaran urin. Penyakit dalam ginjal dapat mempengaruhi kemampuan nefron untuk memproduksi urin. Jumlah tidak normal dari protein atau sel darah mungkin muncul di urin, atau ginjal sudah benar-benar berhenti memproduksi urin bersama-sama, kondisi ini disebut gagal ginjal. Kelainan jantung dan sirkulasi seperti gagal jantung, syok, atau hipertensi dapat mempengaruhi aliran darah ke ginjal, mengganggu produksi urin. Kondisi penyakit dapat mempengaruhi produksi urine, seperti diabetes melitus

G.    Prosedur Operasi
Beberapa bedah dan prosedur diagnostic mempengaruhi bagian dari urin dan urin itu sendiri. Anastesik spinal dapat mempengaruhi bagian urin.

Ginjal merupakan bagian tubuh primer yang utama untuk mengekskresikan kelebihan cairan tubuh, elektrolit, ion-ion hydrogen, dan asam. Eliminasi urin secara normal bergantung pada pemasukan cairan dan sirkulasi volume darah ; jika salah satunya menurun, pengeluaran urin akan menurun. Pengeluaran urin juga berubah pada seseorang dengan penyakit ginjal, yang mempengaruhi kuantitas, urin dan kandungan produk sampah didalam urin.

-tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas perkuliahan-

0 komentar:

Posting Komentar

 
;