Minggu, 24 November 2013 0 komentar

ADAKAH ISTRI YANG TIDAK CEREWET

Adakah istri yang tidak cerewet?? Sulit menemukannya. Bahkan istri Khalifah sekaliber Umar bin Khatab pun cerewet. Seorang laki-laki berjalan tergesa-gesa. Menuju kediaman khalifah Umar bin Khatab. Ia ingin mengadu pada khalifah; tak tahan dengan kecerewetan istrinya. Begitu sampai di depan rumah khalifah, laki-laki itu tertegun. Dari dalam rumah terdengar istri Umar sedang ngomel, marah-marah. Cerewetnya melebihi istri yang akan diadukannya pada Umar. Tapi, tak sepatah katapun terdengar keluhan dari mulut khalifah. Umar diam saja, mendengarkan istrinya yang sedang gundah. Akhirnya lelaki itu mengurungkan niatnya, batal melaporkan istrinya pada Umar.

Apa yang membuat seorang Umar bin Khatab yang disegani kawan maupun lawan, berdiam diri saat istrinya ngomel? Mengapa ia hanya mendengarkan, padahal di luar sana, ia selalu tegas pada siapapun? Umar berdiam diri karena ingat 5 hal. Istrinya berperan sebagai BP4. Apakah BP4 tersebut?

1. Benteng Penjaga Api Neraka.
Kelemahan laki-laki ada di mata. Jika ia tak bisa menundukkan pandangannya, niscaya panah-panah setan berlesatan dari matanya, membidik tubuh-tubuh elok di sekitarnya. Panah yang tertancap membuat darah mendesir, bergolak, membangkitkan raksasa dalam dirinya. Sang raksasa dapat melakukan apapun demi terpuasnya satu hal; syahwat.Adalah sang istri yang selalu berada di sisi, menjadi ladang bagi laki-laki untuk menyemai benih, menuai buah di kemudian hari. Adalah istri tempat ia mengalirkan berjuta gelora. Biar lepas dan bukan azab yang kelak diterimanya Ia malah mendapatkan dua kenikmatan: dunia dan akhirat. Maka, ketika Umar terpikat pada liukan penari yang datang dari kobaran api, ia akan ingat pada istri, pada penyelamat yang melindunginya dari liukan indah namun membakar. Bukankah sang istri dapat menari, bernyanyi dengan liukan yang sama, lebih indah malah. Membawanya ke langit biru. Melambungkan raga hingga langit ketujuh. Lebih dari itu istri yang salihah selalu menjadi penyemangatnya dalam mencari nafkah.

2. Pemelihara Rumah
Pagi hingga sore suami bekerja. Berpeluh. Terkadang sampai mejelang malam. Mengumpulkan harta. Setiap hari selalu begitu. Ia pengumpul dan terkadang tak begitu peduli dengan apa yang dikumpulkannya. Mendapatkan uang, beli ini beli itu. Untunglah ada istri yang selalu menjaga, memelihara. Agar harta diperoleh dengan keringat, air mata, bahkan darah tak menguap sia-sia Ada istri yang siap menjadi pemelihara selama 24 jam, tanpa bayaran. Jika suami menggaji seseorang untuk menjaga hartanya 24 jam, dengan penuh cinta, kasih sayang, dan rasa memiliki yang tinggi, siapa yang sudi? Berapa pula ia mau dibayar. Niscaya sulit menemukan pemelihara rumah yang lebih telaten daripada istrinya. Umar ingat betul akan hal itu. Maka tak ada salahnya ia mendengarkan omelan istri, karena (mungkin) ia lelah menjaga harta-harta sang suami yang semakin hari semakin membebani.

3. Penjaga Penampilan.
Umumnya laki-laki tak bisa menjaga penampilan. Kulit legam tapi berpakaian warna gelap. Tubuh tambun malah suka baju bermotif besar. Atasan dan bawahan sering tak sepadan. Untunglah suami punya penata busana yang setiap pagi menyiapkan pakaianannya, memilihkan apa yang pantas untuknya, menjahitkan sendiri di waktu luang, menisik bila ada yang sobek. Suami yang tampil menawan adalah wujud ketelatenan istri. Tak mengapa mendengarnya berkeluh kesah atas kecakapannya itu.

4. Pengasuh Anak-anak
Suami menyemai benih di ladang istri. Benih tumbuh, mekar. Sembilan bulan istri bersusah payah merawat benih hingga lahir tunas yang menggembirakan. Tak berhenti sampai di situ. Istri juga merawat tunas agar tumbuh besar. Kokoh dan kuat. Jika ada yang salah dengan pertumbuhan sang tunas, pastilah istri yang disalahkan. Bila tunas membanggakan lebih dulu suami maju ke depan, mengaku, ? Akulah yang membuatnya begitu.? Baik buruknya sang tunas beberapa tahun ke depan tak lepas dari sentuhan tangannya. Umar paham benar akan hal itu.

5. Penyedia Hidangan
Pulang kerja, suami memikul lelah di badan. Energi terkuras, beraktivitas di seharian. Ia butuh asupan untuk mengembalikan energi. Di meja makan suami Cuma tahu ada hidangan: ayam panggang kecap, sayur asam, sambal terasi, dan lalapan. Tak terpikir  harga ayam melambung; tadi bagi istrinya sempat berdebat, menawar, harga melebihi anggaran. Tak perlu suami memotong sayuran, mengulek bumbu, dan memilah-milih cabai dan bawang. Tak pusing ia memikirkan berapa takaran bumbu agar rasa pas di lidah. Yang suami tahu hanya makan. Itupun terkadang dengan jumlah berlebihan; menyisakan sedikit saja untuk istri si juru masak. Tanpa perhitungan istri selalu menjadi koki terbaik untuk suami. Mencatat dalam memori makanan apa yang disuka dan dibenci suami.Dengan mengingat lima peran ini, Umar kerap diam setiap istrinya ngomel. Mungkin dia capek, mungkin dia jenuh dengan segala beban rumah tangga di pundaknya. Istri telah berusaha membentenginya dari api neraka, memelihara hartanya, menjaga penampilannya, mengasuh anak-anak, menyiapkan hidangan untuknya. Untuk segala kemurahan hati sang istri, tak mengapa ia mendengarkan keluh kesah buah lelah.Umar hanya mengingat kebaikan-kebaikan istri untuk menutupi segala cela dan kekurangannya. Bila istri sudah puas menumpahkan kata-katanya, barulah ia menasehati, dengan cara yang baik, dengan bercanda. Hingga tak terhindar pertumpahan ludah dan caci maki tak terpuji.

Akankah suami-suami masa kini dapat mencontoh perilaku Umar ini. Ia tak hanya berhasil memimpin negara tapi juga menjadi imam idaman bagi keluarganya...

:: Wallahu'alam bisshawab ::..

Kamis, 14 November 2013 1 komentar

Love is All About Believing

Girl: If I ask u to jump down, will u do it?
Boy: Yes I will.
Girl: Why?
Boy: Because I know you'll catch my hand and pull me up.
Girl: If I don't then?
Boy: Then I'll die with the belief that you tried your best but couldn't save me!
0 komentar

Cinta...

Sekuat apa kamu setia..

Sehebat apa kamu merancang..

Sejauh mana kamu menunggu..

Sekeras apa kamu bersabar…

Sejujur apa kamu menerima…

Jodoh tetap rahasia Allah…
Selasa, 12 November 2013 1 komentar

Refleksi: Tak sesuai harapan

Kisah seorang ikhwah..
Yang amat mencintai istrinya..
Namun istrinya tak mencintainya..
Ia mengharapkan lelaki lain..
Yang lebih darinya..

Wanita itu telah pandai bahasa arab..
Sementara suaminya..
Hanya memahami bahasa indonesia..
Wanita itu telah lama mengaji..
Sementara suaminya..
Sibuk membanting tulang mencari nafkah..
Tuk membahagiakan kekasihnya..
Wanita itu telah banyak menghafal alqur'an..
Sementara suaminya tak banyak bisa menghafal..

Mungkin..
Kini suaminya sudah tak berharga di matanya..
Mungkin..
Kini cintanya telah pudar di hatinya..
Karena tak sesuai harapannya..

Demikianlah..
Kisah cinta yang bertepuk sebelah..
Karena istrinya tertipu oleh kepintarannya..
Ilmu tak membuatnya semakin sayang pada suaminya..
Ilmu tak membuatnya semakin berbakti kepada suaminya..
Ilmu membuatnya angkuh..
Tak ada lagi cinta dihatiku kilahnya..

Saudariku..
Engkau boleh lebih berilmu dari suamimu..
Tapi mungkin suamimu lebih takut kepada Allah darimu..
Engkau boleh punya banyak kelebihan di atas suamimu..
Tapi suamimu..
Mungkin lebih dicintai oleh Rabbmu karena ketawadlu'annya..
Al Hasan Al Bashri rahimahullah berkata..
Ilmu itu bukanlah dengan banyak menghafal riwayat..
Namun ilmu adalah yang menimbulkan rasa takut kepada Allah..

Dimanakah hadits yang telah engkau hafal, "Suamimu adalah surgamu atau Nerakamu.."
Ya Rabb..
Berilah kami ilmu yang bermanfaat..

Ditulis oleh Ustadz Badrusalam, Lc

0 komentar

Saudaraku..

Saudaraku,

Kutulis ini, sebagai nasehat diri juga sahabat sekalian. Baik yang sudah lama menikah, baru menikah, baru banget menikah, atau yang baru berniat untuk menikah. Pun, untuk siapa saja yang belum berniat untuk menggenapkan separuh agama, dalam naungan sunnah.

Saudaraku,

Menikah bukanlah akhir. Ia adalah permulaan. Maka, permulaan sangatlah menentukan baik dan buruknya proses berikutnya. Jika menikah yang dijalani hanyalah diniatkan untuk meraih Ridho Allah, maka yakinlah! Bahwa sesudahnya adalah Barokah. Begitupun sebaliknya, jika menikah hanya karena ingin memuaskan nafsu, atau atribut duniawai lainnya, maka bersiaplah berada dalam kecewa. Tentunya, kita berharap, semoga niat menikah, hanya karena Allah.
Senin, 11 November 2013 1 komentar

Kisah Aku dan Ali

Syifa is getting married! Dengan pria bernama Ali. Ali itu temen SMP ku, tapi aku hanya tau namanya. Tidak rupanya, tidak tingginya, tidak warna kulitnya, apalagi sifatnya.
Aku gak kenal Ali, bahkan ketika reuni kemarin Ali tak menyita perhatianku sama sekali. Hanya tau nama, kepo aja enggak apalagi ngebayangin dia bakal jd pasangan aku nanti.
Kemarin waktu aku sakit dirawat di rumah sakit, Ali bbm untuk pertama kalinya, minta nomor kupi. Kupi itu saudara sepupuku, juga temen SMP, yang berarti temen SMP Ali juga. Dari awal aku tau orang ini minta nomor kupi emang karena butuh, bukan karena modus terselubung.
Dia nanya paginya, dan gak ngelanjutin obrolan ke yg lain2 kayak cowok2 lain. Malemnya, baru dia ngehubungin lg karena nomor kupi gak bisa dihubungin.
Besok paginya aku kasih nomor kupi sekali lagi, baru deh obrolan berlanjut. Awalnya karena mantan Ali pas SD temen aku kuliah sekarang, gak tau kenapa berlanjut sampe jadi ngomongin nikah muda. Visi kita sama, sama2 pingin nikah muda.
Ali: "gua obsesi pingin nikah muda, taun depan insya Allah."
"Aku juga... ngomong2 tentang obsesi, aku udah telat setaun nih. Targetnya taun lalu harusnya udah nikah."
"Oh gitu... taun depan aja gimana?" << udah mulai kode
Aku jawab: "gak mau ah, masih mau cari yg taun ini. Siapa ya yg bakal dateng... tinggal 2 bulan lagi nih 2013." 
Ali: "oh, taun ini jg gue siap."
Matik lah dijawab gitu. Udah ditolak alus2 eh dia malah siap2 aja hahaha. Niat awal nolak, aku malah jadi merasa tertantang.
Baru deh di situ aku mulai kepo fesbuknya, mau liat orangnya kayak gimana
Pingin tau ajaaa ini orang yg lagi ngobrol sm aku rupanya begimana. Ternyata kita juga belum temenan di fb. Kita gak saling kenal, ingat?
Terus abis kepo fb nya aku kepo orangnya deh langsung tanya emang udah siap? Udah kerja? Ngajak nikah kok kayak ngajak main...
Dia bilang udah siap... siap izin, dana, lahir batin. Beberapa waktu yang lalu dia abis kena musibah karena nakalnya dia. Di bertekad ingin memperbaiki diri, dan menurutnya menikah adalah salah satu caranya.
Ali bahkan bilang kalo aku gak bersedia, dia tetep minta tolong aku cariin dr temen2 aku buat dia. Aku tanya ada kriteria khusus apa enggak, dia jawab (1) sholihah (2) mau sm dia (3) enak dipandang
Yaudah aku tanya lg kan, lagi deket sm cewek apa enggak. Nanti aku nyariin eh taunya dia lg deket sm cewek kan gak etis
Dia bilang gak lagi deket siapa2, setiap yg dia deketin langsung dia tanya mau nikah cepet apa enggak, kalo enggak ya langsung dilepas. Baru di situ aku ngerti dia bener serius
Aku tanya lg lah konfirmasi ini beneran serius? Berkali kali aku tanya, berkali-kali. Sampe dia akhirnya bilang demi Allah segala. Kalo serius aku mau langsung bilang umi tentang tawarannya (entah kenapa kok akunya jg nekat) entah apa yang aku pikirin saat itu.
Naaaaaah saat itu aku malu banget buat bilang ke umi. Saat itu jantung aku berdebar kenceeeeng banget, aku bilang umi kok aku deg2an ya. Uminya lgsg panik gitu kan aku masuk rumah sakit krn masalah jantung soalnya
Terus aku bilang kayaknya bukan krn sakit, baru deh cerita. Bilangnya gitu lah, sambil malu2 gajelas. Nah saat itu ada 2 orang selain ali yg minta aku. Yg satu kapten pilot lion air, adiknya temen bapak. Yang satu lagi lulusan s2 sipil UI. Udah pd siap nikah semua...
Tapi entah kenapa hati aku ke Aliii padahal yg lain udah wah banget. Dan ketika waktunya umi memilah memilih, umi jg sukanya sm ali. Soalnya selain alinya gak macem2, keluarganya ali setipe sm keluarga aku. Uminya aja setipe banget
Daaaaan ali gak ada foto berdua sm anak cewek atau foto lg makan bareng rame2 sm anak cewek. Kata umi, "yg ini aman nih mbak. Yang ini aja udah. Mana sini nomor hapenya biar umi ngobrol sm orangnya."
Yaudah deeeeh akhirnya jd umi yg ngobrol sm ali. Hapenya dijaga dgn sangat erat biar aku gabisa kepo mereka berdua ngomongin apa. Yaah, inti obrolannya udah diceritain ali kemaren lah yaa... pokoknya ujung dr obrolan umi sm ali ya aksi ali ke depok pas hari minggunya pas bapak emang lg ada di rumah
Jadi ceritanya dr hari rabu sampe hari minggu jantung aku deg2an banget rasanyaaa apalagi pas ali mau ke rumah  gatau deh itu jantung apa bedug. Tapi... pas ali udah sampe, udah depan mata, tiba2 jd tenang semuanya. Hahaha kebalik yak harusnya malah deg2an ini malah tenang. Gatau, mungkin ali membawa ketenangan #tsaaaah
Yaudah, hari itu umi ngundang guru ngajinya, bu Ni'mah ke rumah ceritanya buat ngetes dan minta pendapat ttg Ali. Di situlah Alinya diinterogasi wawancara ttg wawasan islamnya, kesiapannya, mimpinya, gitu2 lah. Dan ali jawab semuanya dengan cukup cermerlang.
Terus udah selesai, Ali nanya "emang prosesnya sebenernya gimana sih bu?" Dijawab "ya gitu, kenalan dulu. Kalo pihak lelaki tertarik sama pihak perempuan, khitbah. Kalo pihak perempuan setuju, lamaran atau seserahan untuk menyenangkan si anak gadis. Lalu akad deh."
Umi bilang, yaudah minggu depan dateng lagi sm keluarga buat khitbah. Eh Alinya maunya khitbah hari itu juga dirapel. Menurut cerira dia kemarin, aku baru tau ternyata dia berfikir persaingan ketat jd harus buru2 hahahaha padahal gak gitu juga
Kmrn abis fitting baju Ali bikin aku nangis. Itu karena dia cerita kisahnya sm uminya. Subhanallah banget dia sayangnya sm uminya besaaaar banget. Dari dulu aku emang cari yg begitu. 
Waktu itu umiku sm Ali ngobrol depan aku, mencurahkan isi hati. Aku mikir kok ini umi baik banget, calon suami aku juga baik banget, aku cuma begini doang kok dikasih yg luar biasa. Di situ aku sadar Allah sayaaaaaang banget sm Syifa. Kayaknya syifa kufur mulu kok dikasih yg begini. Nangis deh T^T
Yaudah ceritanya mengalir begitu aja sampe kmrn dia dateng sm keluarganya. Tadinya mau bawa seserahan, tp gak jadi karena dipikir pikir seserahan pas akad aja. Kmrn cuma buat kenalan aja sebenernya, umi ngundang keluarga besar banget ada kali sekitar 30 orangan di rumah
Cerita aku gak se soswit cerita ali hahahaa
Tapi... kalo ada yg bilang ali beruntung, aku protes. Aku yg beruntung dapet Ali. Kalo ada yg tanya kok bisa yakin sama ali.... jawabnya kenapa enggak?
Jumat, 01 November 2013 0 komentar

How to Have a Lovely Day

  1. Smile at strangers.
  2. Say thank you.
  3. Give lots of compliments.
  4. Dress nicely.
  5. Wear Perfume.
  6. Laugh.
  7. Have some tea.
  8. Be charming.
  9. Pick some flowers.
  10. Wish people a lovely day.
 
;