Berbicara
mengenai HIV/AIDS maka permasalahan yang dihadapi adalah tidak hanya pada
pencegahan dan penanggulangan saja namun juga upaya agar para ODHA tersebut tidak terkena stigma
negatif dari masyarakat dan dapat berfungsi secara sosial kembali di lingkungan tempat
tinggalnya. Masalah yang berkepanjangan karena penyebaran HIV/AIDS ini
adalah dari berbagai macam cara,
mulai dari hubungan seks beresiko, penggunaan narkoba jarum suntik
serta penyebaran dari suami ke istri dan sang ibu kepada bayinya.
Saat ini, stigma
tidak hadir dalam rupa fisik, tapi dalam perlakuan masyarakat yang memojokkan dan menghinakan. ODHA
(Orang dengan HIV dan AIDS) adalah
pihak yang sering diberi stigma. Akibatnya, ODHA mendapat
prasangka berlebihan, yakni peremehan yang dilakukan masyarakat terhadap
mereka. Stigma menjadikan ODHA
didiskriminasi, yaitu tindakan yang mengucilkan. Perilaku itu tersebar dari keluarga, pelayanan
kesehatan, kegiatan agama, hingga peraturan yang diterbitkan negara. ODHA seperti pesakitan yang
terkerangkeng dalam penjara.
Simak saja kisah tuan
C, 28 tahun, mengidap HIV positif sejak tahun 2005. Masa kecil tuan C dilalui seperti
anak-anak pada umumnya. Namun sejak tuan C memasuki masa remaja, tepatnya kelas
3 SMP, ia mulai mengenal obat-obatan terlarang seperti heroin dan ganja. Tuan C
juga kerap mengonsumsi minuman beralkohol. Seiring perjalanan usianya, tuan C ikut terjebak ke
dalam dunia seks bebas. Tuan C menyadari akan resiko dari perilakunya tersebut
tetapi ia tidak terlalu mempedulikannya.
Hingga pada
suatu saat, ditahun 2005, tuan C sakaw dan dibawa oleh teman-temannya ke rumah
sakit. Setelah dibawa ke rumah sakit, tuan C dibawa kembali pulang ke rumah
untuk dirawat oleh dokter keluarga dan didiagnosa gejala thypus. Tetapi gejala
thypus yang dialami tuan C tidak seperti pada orang umumnya. Selain demam,
sebagian tubuh tuan C juga mengalami kelumpuhan hingga pada akhirnya dokter
menyarankan agar tuan C mengikuti tes HIV/AIDS dan hasilnya positif. Selain
menderita HIV positif, tuan C juga menderita TB.
Badan tuan C
semakin lama semakin mengecil dan sangat kurus. Lalu ia pun dirujuk ke rumah sakit
untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut dan memutuskan untuk cuti kuliah.
Namun, karena prosedur rumah sakit yang kurang menyenangkan. Mulai dari
tindakan beberapa dokter yang kurang responsif terhadap kondisi tuan C.
Perlakuan perawat dalam menggunakan APD yang berlebihan ketika kontak dengan
tuan C membuat tuan C merasa semakin tidak betah dirawat di rumah sakit.
Akhirnya tuan C memutuskan untuk pulang ke rumah dan melakukan perawatan di
rumah dengan tetap meneruskan konsumsi obat ARV dan OAT.
Selama menjalani
perawatan di rumah sendiri sembari mengonsumsi obat, tuan C mulai mengalami
berbagai macam efek samping dari pengonsumsian obat ARV dan OAT. Sebagai efek
samping dari obat-obatan yang dikonsumsi, tuan C mulai mengalami muntah-muntah,
mual dan penyakit Steven Johnson.
Setelah 6 bulan
menjalani perawatan di rumah, kondisi tuan C semakin membaik, berat badan dan nafsu makan tuan C juga meningkat.
Perubahan baik ini kemudian mendorong tuan C untuk melanjutkan kuliahnya
kembali. Sayangnya, selama melanjutkan
kuliahnya kembali tuan C memulai kembali aktivitas kelamnya dengan membeli
narkoba, meminum minuman beralkohol dan seks bebas. Hal ini dilakukan tuan C karena ia beranggapan bahwa
mengonsumsi ARV dapat melindunginya dari terjangkit penyakit sebelumnya.
Namun perkiraan
tuan C meleset, setelah sekian lama mengonsumsi benda-benda berbahaya tersebut
CD4 tuan C semakin menurun. Akhirnya
tuan C dirujuk ke panti rehabilitasi. Kemudian tuan C mencoba mengambil
pendidikan konselor untuk membantu orang lain yang berada pada kondisi yang
sama dengan tuan C. Tuan C pun kini telah memiliki seorang istri yang saat ini sedang hamil anak kembar non-HIV. Hal ini dilalui beliau dengan banyak
cobaan dan penderitaan, namun adanya orang-orang di sekeliling keluarga dan istri beliau mampu mendorong
beliau untuk menjadi seperti sekarang ini.
Berdasarkan kisah di
atas, maka sebaiknya program untuk mengurangi penyebaran HIV/AIDS tersebut
adalah dengan pencegahan melalui keluarga
dan masyarakat, membangun komunitas-komunitas pemuda yang mengarah kepada pendidikan pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS.
-tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas perkuliahan-
0 komentar:
Posting Komentar