Senin, 28 Mei 2012

Analisis ODHA HIV



Berbicara mengenai HIV/AIDS maka permasalahan yang dihadapi adalah tidak hanya pada pencegahan dan penanggulangan saja namun juga upaya agar para ODHA tersebut tidak terkena stigma negatif dari masyarakat dan dapat berfungsi secara sosial kembali di lingkungan tempat tinggalnya. Masalah yang berkepanjangan karena penyebaran HIV/AIDS ini adalah dari berbagai macam cara, mulai dari hubungan seks beresiko, penggunaan narkoba jarum suntik serta penyebaran dari suami ke istri dan sang ibu kepada bayinya.
Saat ini, stigma tidak hadir dalam rupa fisik, tapi dalam perlakuan masyarakat yang memojokkan dan menghinakan. ODHA (Orang dengan HIV dan AIDS) adalah pihak yang sering diberi stigma. Akibatnya, ODHA mendapat prasangka berlebihan, yakni peremehan yang dilakukan masyarakat terhadap mereka. Stigma menjadikan ODHA didiskriminasi, yaitu tindakan yang mengucilkan. Perilaku itu tersebar dari keluarga, pelayanan kesehatan, kegiatan agama, hingga peraturan yang diterbitkan negara. ODHA seperti pesakitan yang terkerangkeng dalam penjara.
Simak saja kisah tuan C, 28 tahun, mengidap HIV positif sejak tahun 2005. Masa kecil tuan C dilalui seperti anak-anak pada umumnya. Namun sejak tuan C memasuki masa remaja, tepatnya kelas 3 SMP, ia mulai mengenal obat-obatan terlarang seperti heroin dan ganja. Tuan C juga kerap mengonsumsi minuman beralkohol. Seiring perjalanan usianya, tuan C ikut terjebak ke dalam dunia seks bebas. Tuan C menyadari akan resiko dari perilakunya tersebut tetapi ia tidak terlalu mempedulikannya.
Hingga pada suatu saat, ditahun 2005, tuan C sakaw dan dibawa oleh teman-temannya ke rumah sakit. Setelah dibawa ke rumah sakit, tuan C dibawa kembali pulang ke rumah untuk dirawat oleh dokter keluarga dan didiagnosa gejala thypus. Tetapi gejala thypus yang dialami tuan C tidak seperti pada orang umumnya. Selain demam, sebagian tubuh tuan C juga mengalami kelumpuhan hingga pada akhirnya dokter menyarankan agar tuan C mengikuti tes HIV/AIDS dan hasilnya positif. Selain menderita HIV positif, tuan C juga menderita TB.
Badan tuan C semakin lama semakin mengecil dan sangat kurus. Lalu ia pun dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut dan memutuskan untuk cuti kuliah. Namun, karena prosedur rumah sakit yang kurang menyenangkan. Mulai dari tindakan beberapa dokter yang kurang responsif terhadap kondisi tuan C. Perlakuan perawat dalam menggunakan APD yang berlebihan ketika kontak dengan tuan C membuat tuan C merasa semakin tidak betah dirawat di rumah sakit. Akhirnya tuan C memutuskan untuk pulang ke rumah dan melakukan perawatan di rumah dengan tetap meneruskan konsumsi obat ARV dan OAT.
Selama menjalani perawatan di rumah sendiri sembari mengonsumsi obat, tuan C mulai mengalami berbagai macam efek samping dari pengonsumsian obat ARV dan OAT. Sebagai efek samping dari obat-obatan yang dikonsumsi, tuan C mulai mengalami muntah-muntah, mual dan penyakit Steven Johnson.   
Setelah 6 bulan menjalani perawatan di rumah, kondisi tuan C semakin membaik, berat badan dan nafsu makan tuan C juga meningkat. Perubahan baik ini kemudian mendorong tuan C untuk melanjutkan kuliahnya kembali. Sayangnya, selama melanjutkan kuliahnya kembali tuan C memulai kembali aktivitas kelamnya dengan membeli narkoba, meminum minuman beralkohol dan seks bebas. Hal ini dilakukan tuan C karena ia beranggapan bahwa mengonsumsi ARV dapat melindunginya dari terjangkit penyakit sebelumnya.
Namun perkiraan tuan C meleset, setelah sekian lama mengonsumsi benda-benda berbahaya tersebut CD4 tuan C semakin menurun. Akhirnya tuan C dirujuk ke panti rehabilitasi. Kemudian tuan C mencoba mengambil pendidikan konselor untuk membantu orang lain yang berada pada kondisi yang sama dengan tuan C. Tuan C pun kini telah memiliki seorang istri yang saat ini sedang hamil anak kembar non-HIV. Hal ini dilalui beliau dengan banyak cobaan dan penderitaan, namun adanya orang-orang di sekeliling keluarga dan istri beliau mampu mendorong beliau untuk menjadi seperti sekarang ini.
Berdasarkan kisah di atas, maka sebaiknya program untuk mengurangi penyebaran HIV/AIDS tersebut adalah dengan pencegahan melalui keluarga dan masyarakat, membangun komunitas-komunitas pemuda yang mengarah kepada pendidikan pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS.


-tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas perkuliahan-


0 komentar:

Posting Komentar

 
;